Macam-macam Akhlak
A.
Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap
atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada
Tuhan sebagai khalik. Dan sebagai titik tolak akhlak kepada Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki
sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun
tidak akan mampu menjangkaunya (Quraish Shihab).
Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada
Allah. Hanya Allah–lah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang
diterima dari Allah sungguh tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah
firmankan dalam Qur’an surat An-nahl : 18, yang artinya “Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar- benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya,
yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab
itu, manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk
mendekatkan diri. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Mentauhidkan Allah
Yaitu dengan tidak
menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang digambarkan dalam Qur’an
Surat Al-Ikhlas : 1-4.
2. Bertaqwa kepada Allah
Maksudya adalah
berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat melaksanakan apa-apa yang telah
Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya.
a. Hakekat taqwa dan kriteria orang bertaqwa
Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada hakikatnya
taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut. Lihat ayat dalam Surah Al-
Baqoroh: 2-4, Ali Imron: 133-135.
b. Buah dari taqwa
1)
Mendapatkan sikap furqan yaitu tegas membedakan antara hak dan batil (Al-
anfal : 29)
2)
Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (At-thalaq : 2)
3)
Mendapat rezeki yang
tidak diduga- duga (At-thalaq : 3)
4)
Mendapat limpahan
berkah dari langit dan bumi (Al- A’raf : 96)
5)
Mendapatkan kemudahan
dalam urusannya (At-thalaq : 4)
6)
Menerima penghapusan dosa dan pengampunan dosa serta mendapat pahala besar
(Al- anfal : 29 & Al- anfal : 5).
3. Beribadah kepada Allah
Allah berfirman dalam
Surah Al- An’am : 162 yang artinya :”Sesungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”Dapat juga
dilihat dalam Surah Al- Mu’min
: 11 & 65 dan Al- Bayyinah : 7-8.
4. Taubat
Sebagai
seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itu, ketika
kita sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan, hendaklah
segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini dijelaskan
dalam Surah Ali-Imron : 135.
5. Membaca Al-Qur’an
Seseorang yang
mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah,
tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca
firman-firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata yang artinya :
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat
dihari kiamat kepada para pembacanya”.
6. Ikhlas
Secara terminologis
yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah
SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa
pamrih, hanya semata-mata karena Allah SWT.
a. Tiga unsur
keikhlasan:
1)
Niat yang ikhlas ( semata-semata hanya mencari ridho Allah )
2)
Beramal dengan tulus dan sebaik-baiknya
3)
Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.
b. Keutamaan Ikhlas
Hanya dengan ikhlas,
semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, yang
artinya :”Selamatlah para mukhlisin. Yaitu orang- orang yang bila hadir tidak
dikenal, bila tidak hadir tidak dicari- cari. Mereka pelita hidayah, mereka
selalu selamat dari fitnah kegelapan…”( HR. Baihaqi ).
7. Khauf dan Raja’
Khauf dan Raja’ atau
takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang
oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja’ karena khauf dari bab
takhalliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat jelek), sedangkan raja’ dari
bab tahalliyah (menghias hati dengan sifat-sifat yang baik). Takhalliyyah
menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan segala pelanggaran), dan tahalliyyah
mendorong seseorang untuk beramal.
8. Tawakal
Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah
dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman dalam
surah Hud: 123, yang arinya :”Dan kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di
langit dan di bumi dan kepada-Nya lah dikembalikan urusan- urusan semuanya,
maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali- kali Tuhanmu
tidah lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
Tawakal harus diawali
dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ). Tidaklah dinamai tawakal
kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa-
apa.
B.
Akhlak terhadap Rasulullah
Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus
dilakukan manusia kepada Rasulullah sebagai rasa terima kasih atas
perjuangannya membawa umat manusia kejalan yang benar.
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan
beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang
harus kita nyatakan sebagaimana hadist nabi saw;Aku ridho kepada allah sebagai
tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul.
Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW
Mengikuti dan mentaati
Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman.
Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul,
bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam
derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً ﴿ألنسا ٦٩﴾
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya
(QS 4:69).
2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah
Keharusan yang harus
kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau
setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan
kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah:
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾
Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
3. Mengucapkan sholawat dan salam
kepada Rasulullah
Mengucapkan sholawat
dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses
dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah
yang berarti do’a, istighfar dan rahmah.
Rasulullah SAW dalam
sabdanya menyatakan sebagai berikut:
البخيل من ذكرت عنده فلم يصلّ علىّ
Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut
namaku didekatnya, tetapinia tidak bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad ).
من صلّى علىّ صلاة صلّى الله عليه بها عشرا
Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali,
Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad).
4. Mencontoh akhlak Rasulullah.
Jika
Rasulullah bersikap kasih saying keras dalam memperthankan prinsip, dan
seterusnya maka manusia juga harus demikian. Allah berfirman:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً ﴿الفتح ٢٩ ﴾
Artinya: Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS al-Fath
29).
5. Melanjutkan Misi Rasulullah.
Misi Rasul adalah
menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus
dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan
mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus
dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak
ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan
oleh Rasul Saw:
“Sampaikanlah dariku
walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan.
Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia
mempersiapkan tempat duduknya di neraka” (HR. Ahmad,
Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
6. Menghormati Pewaris Rasul
Berupaya menjaga nama
baiknya dari penghinaan dan cemoohan yang orang-orang yang tidak suka padanya.
Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya,
yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam,
yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ﴿٢٨﴾
Artinya:Sesungguhnya yang takut kepada Allah
diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun (QS 35:28).
Kedudukan ulama
sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw: “Dan sesungguhnya ulama
adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau
dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka
barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang
besar” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
7. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya,
Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan
adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar
tidak sesat, beliau bersabda:“Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak
akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah
dan sunnahku” (HR. Hakim).
C. Akhlak
Terhadap Diri Sendiri (Individual)
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban
terhadap dirinya sendiri. Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting
daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama
bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada
Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah
sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri
yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata
untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri
manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain
itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk
Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang
lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya
masing-masing.
1. Berakhlak Terhadap
Jasmani
a. Senantiasa
Menjaga Kebersihan
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman.
Seorang muslim harus bersih/ suci badan, pakaian, dan tempat, terutama saat
akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping suci dari
kotoran, juga suci dari hadas.
Allah SWT berfirman yang artinya:Mereka bertanya
kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran".
Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri137 dari wanita di waktu haidh;
dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci138. Apabila mereka
telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqarah:222)Artinya : Janganlah
kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang
didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut
kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.
(QS. At Taubah:108)
a. Menjaga Makan dan
Minumnya
Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh
manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka
manusia akan mati. Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum
dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.
Allah SWT berfirman :Artinya : Maka makanlah yang
halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah
ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. An Nahl:114)
b. Menjaga Kesehatan
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah,
“Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan
masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang
bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa
malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa
syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti
terjadi”. (HR. Muslim)
c. Berbusana yang Islami
Allah SWT berfirman Artinya : Hai anak
Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang
paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS. Al A’raf:26)
2. Berakhlak
terhadap jiwa
a. Bertaubat dan Menjauhkan Diri
dari Dosa Besar
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan
kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh
untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan
datang.
Allah SWT berfirman yang Artinya : Hai orang-orang
yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari
ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia;
sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil
mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.
At-Tahrim : 8)
b. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa
dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan
pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang,
merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.Firman Allah SWT
:
اِنَّ اللهَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.”
(QS. An-Nisa : 1)
c. Bermuhasabah
Yang
dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk
menghitung-hitung amal hariannya. Firman Allah SWT yang Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh,
berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk
terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan syahwat,
kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan.Firman Allah SWT yang
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”
(QS. Yusuf : 53)
3. Berakhlak terhadap
Akal
a. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi
setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Sebuah hadits
Rasulullah SAW menggambarkan yang Artinya : “Menuntut ilmu merupakan
kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
b. Memiliki Spesialisasi Ilmu yang
dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang
sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 :
48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah : Al-Qur'an, baik dari
segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para
sahabat; fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain
sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi yang harus
ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa
juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain
sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum muslimin yang
memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.
c. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah
menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang
membutuhkan ilmunya.Firman Allah SWT yang Artinya : “Dan Kami tidak mengutus
sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka;
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan828 jika kamu tidak
mengetahui” (An-Nahl:43)
d. Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap
akalnya adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa
seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.
Firman Allah SWT
yang Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff)
D.
Akhlak Terhadap Masyarakat (Sosial)
a. Berbuat Baik
kepada Tetangga
Berbuat baik dalam
segala sesuatu adalah karakteristik islam, demikian juga pada tetangga. Imam Al
Marwazi meriwayatkan dari Al Hasan Al Bashriy pernyataan beliau: “Tidak
mengganggu bukan termasuk berbuat baik kepada tetangga akan tetapi berbuat baik
terhadap tetangga dengan sabar atas gangguannya.” Sehingga Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baiknya sahabat di sisi Allah adalah
yang paling baik kepada sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah
yang paling baik pada tetangganya.”
Di antara ihsan kepada
tetangga adalah memuliakannya. Sikap ini menjadi salah satu tanda kesempurnaan
iman seorang muslim.Di antara bentuk ihsan yang lainnya adalah ta’ziyah ketika
mereka mendapat musibah, mengucapkan selamat ketika mendapat kebahagiaan,
menjenguknya ketika sakit, memulai salam dan bermuka manis ketika bertemu
dengannya dan membantu membimbingnya kepada hal-hal yang bermanfaat dunia
akhirat serta memberi mereka hadiah. Aisyah radhiallahu ‘anha bertanya
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي جَارَيْنِ فَإِلَى أَيِّهِمَا أُهْدِي قَالَ إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكِ بَابًا
“Wahai Rasulullah saya
memiliki dua tetangga lalu kepada siapa dari keduanya aku memberi hadiah? Beliau
menjawab: kepada yang pintunya paling dekat kepadamu.”
b. Bersabar
Menghadapi Gangguan Tetangga
Ini adalah hak kedua
untuk tetangga yang berhubungan erat dengan yang pertama dan menjadi
penyempurnanya. Hal ini dilakukan dengan memaafkan kesalahan dan perbuatan
jelek mereka, khususnya kesalahan yang tidak disengaja atau sudah dia sesali
kejadiannya.
Hasan Al Bashri
berkata: “Tidak mengganggu bukan termasuk berbuat baik kepada tetangga akan
tetapi berbuat baik terhadap tetangga dengan sabar atas gangguannya.”
Sebagian ulama berkata: “Kesempurnaan berbuat baik kepada tetangga ada pada
empat hal, (1) senang dan bahagia dengan apa yang dimilikinya, (2) Tidak tamak
untuk memiliki apa yang dimilikinya, (3) Mencegah gangguan darinya, (4)
Bersabar dari gangguannya.”
c. Menjaga dan
Memelihara Hak Tetangga
Imam Ibnu Abi
Jamroh berkata: “Menjaga tetangga termasuk kesempurnaan iman. Orang
jahiliyah dahulu sangat menjaga hal ini dan melaksanakan wasiat berbuat baik
ini dengan memberikan beraneka ragam kebaikan sesuai kemampuan; seperti hadiah,
salam, muka manis ketika bertemu, membantu memenuhi kebutuhan mereka, menahan
sebab-sebab yang mengganggu mereka dengan segala macamnya baik jasmani atau
maknawi. Apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meniadakan iman
dari orang yang selalu mengganggu tetangganya. Ini merupakan ungkapan tegas
yang mengisyaratkan besarnya hak tetangga dan mengganggunya termasuk dosa
besar.”
d. Tidak
Mengganggu Tetangga
Telah dijelaskan di atas akan kedudukan tetangga yang tinggi dan hak-haknya
terjaga dalam islam. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memperingatkan dengan keras upaya mengganggu tetangga, sebagaimana
dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:“Tidak demi Allah
tidak beriman, tidak demi Allah tidak beriman, tidak demi Allah tidak beriman
mereka bertanya: siapakah itu wahai Rasulullah beliau menjawab: orang yang
tetangganya tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Bukhori). Demikian juga
dalam hadits yang lain beliau bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ
“Siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah mengganggu tetangganya.”
E. Akhlak Terhadap
Lingkungan
1. Penanaman Pohon dan Penghijauan
Salah satu konsep
pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan
cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang
menanam pohon sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam
hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :
… مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Artinya :
“….
Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian
tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan
tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).
Pada QS. al-An’am (6): 99, Allah berfirman ;
وَهُوَ الذي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ(99)
Terjemahnya :
Dan Dialah
yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan
kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
2. Menghidupkan
Lahan Mati
Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak
berair, tidak di isi bangunan dan tidak dimanfaatkan. Allah swt, telah
menjelaskan dalam QS. Yasin (36):
وَءَايَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ
Terjemahnya :
Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi
mereka adalah bumi yang mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan
daripadanya biji-bijian, maka dari padanya mereka makan”.
Di ayat lain, tepatnya QS. al-Haj (22): 5-6 Allah swt,
berfirman :
… وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيج ٍ(5) ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(6)
Artinya … Dan kamu
lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah menurunkan air diatasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbu-hkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia lah yang hak dan
sesungguhnya Dia lah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
3. Tidak
Mencemari Air
Bentuk-bentuk
pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti kencing, buang
air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber air. Rasululullah
saw bersabda :
… اتَّقُوا الْمَلَاعِنَ الثَّلَاثَةَ الْبَرَازَ فِي الْمَوَارِدِ وَقَارِعَةِ الطَّرِيقِ وَالظِّلِّ
Artinya :
Jauhilah tiga
macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber air, ditengah jalan,
dan di bawah pohon yang teduh. (HR. Abu Daud)
Rasulullah saw, juga
bersabda : لَا يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ الَّذِي لَا يَجْرِي ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ (Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yang tidak mengalir,
kemudian mandi disana. HR. Al-Bukhari)
4. Menjaga Keseimbangan Alam.
Salah satu tuntunan
terpenting Islam dalam hubungannya dengan lingkungan, ialah bagaimana menjaga
keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat yang ada tanpa merusaknya. Karena tidak
diragukan lagi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan
perhitungan tertentu. Seperti dalam firman Nya dalam QS. al-Mulk (67):
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
Artinya: Allah yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.
Inilah prinsip yang
senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil dan moderat dalam konteks
keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun meremehkan, sebab ketika
manusia sudah bersikap hiperbolis atau meremehkan, ia cenderung menyimpang,
lalai serta merusak.
Tetapi menurut
al-Qur’an, kebanyakan bencana di planet bumi disebabkan oleh perbuatan manusia
yang tidak bertanggung jawab. Firman Allah swt yang menandaskan hal tersebut
adalah QS. al-Rum (30):, sebagai berikut :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”.
F. Akhlak Muslim
terhadap Negara
Negara merupakan suatu
wadah tempat berlindung para bangsa,yang di dalamnya tedapat
peraturan-peraturan yang mengikat baik tertulis maupun secara lisan.Disitulah
kita menumphkan kemerdekaan kita,kemerdekan yang telah diraih para pahlawan
yang tak mengenal darah juangnya.Maka patutlah para pemuda meneruskan
perjuangan mereka yang telah rela meberikan darahnya untuk tanah air ini untuk
kebahagiaan kita menghuni tanah air ini.
Agar tidak terjadi
deviasi antar tanggung jawab dunia serta akhirat coba kita lihat lagi ayat suci
yang dikumandangkan Allah :
Artinya :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Maka dengan pedoman
ayat inilah manusia menentukan jalan hidupnya,sebenarnya semua tindakan kita
akan di catat oleh malaikatnya Allah tidak ada perhitungan satu pun yang keliru
balasannya maka sungguh manusia hidup mereka hanya untuk beribadah pada
hakikatnya,seorang khalifah pun memimpin hanya semata beribadah bangsa yang
bertanggung jawab kepada negerinya hanya semata berlutut menyadari kodratnya
sebagai manusia yang tiada arti dihadapan tuhannya.
Menurut pemikir politik terkenal dalam Islam yaitu Al-Farabi, menurutnya Negara adalah
organisasi territorial bangsa yang mempunyai kedaulatan.yakni institute suatu
bangsa yang berdiam dalam suatu daerah territorial tertentu dengan fungsi
penyelenggaraan kesejahteraan
bersama,baik secara materiala maupun secara spiritual.
Dalam akhlak muslim
terhadap suatu Negara maka harus dilihat dimana kaitannya atas apa yang akan
mereka pikuli,pada prinsifnya Negara itu di isi oleh dua kategori yaitu
pemimpin (pemerintah) atau warga (rakyat biasa).Keduanya harus tahu bagaimana
ia bersikap dan berakhlak.
Akhlak terhadap Negara
terbagi dalam 2 katagori yaitu:
1). Akhlak para pejabat
Yang disebut pemimpin
adalah orang-orang yang punya tugas memikul tanggung jawab sangat
berat,hakikatnya setiap muslim adalah punya tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan menjadi pemimpinnya sendiri.Oleh sebab itu meskipun ada seorang
yang memimpin kita,maka harus tahu dulu apa yang ada dalam diri kita,karena
merupakan tanggungan individualistis.Berbeda dengan para pejabat yang memimpin
maka keseluruhan tanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya benar-benar harus
di tunjukan dengan sikap bijaksana dan yakin bahwa dirinya mampu membimbing
diri sendi keluarga serta para rakyatnya.Semuanya berawal dari diri sendiri
maka Allah berfirman :
Artinya : Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S.At-tahrim :6)
2). Akhlak warga negara
Tidak hanya pemimpin sajah yang memenuhi kewajiban
sebagai warga Negara pun harus senantiasa memenuhi kewajiban atas apa yang
diperintahkan pemimpinnya yang memenuhi criteria pemimpin menurut pandanga
islam.dan ini merupakan kewajiban akhlak muslim sebagai warga negara.Kewajiban
itu diantaranya :
a) Harus ta’at
pada pemimpin/pemerintah,selama mereka memerintahkan atas perkara yang positif
dan masih dalam kategori perintah Allah serta Rasulnya.
Artinya : Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya(Q.S. An-Nisa :59)
b) Mengoreksi dan
mengevaluasi perjalanan Negara seperti hal nya dalam al-quran Surah al-ashr (1-3).
Isi
kandungan ayat di atas bahwasanya islam perlu saling nasihat-menasihati agar
tercipta kehidupan negar yang dinamis.Budaya kritis ini menjadi parameter
keberuntungan umat islam.karena dalam islam yang salah ya salah tidak ada
penyelewengan dalam kebenaran.
c) Membela
Negara,kewajiban membela Negara dan mempertahankan adalah warga negaranya
sendiri,atau masyarakat itu sendiri termasuk para pemerintahannya,Bukan hanya
kuasa pemerintah sajah yang memegang tetapi semua penduduk harus ikut meras
peduli dan melindungi.seperti dikatakan dalam Al-quran :Artinya :
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu
adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.(at-Taubah:41)
Disamping itu ada kewajiban lain yang terkait dengan akhlak terhadap Negara
bahwa setiap warga Negara bis menggunakan dan menuntut haknya ,Hak tersebut
adalah :
a. Hak dalam berpolitik
1). Hak memilih
2). Hak musyawarah
3). Hak control rakyat
4). Hak memecat
5). Hak pencalon
6). Hak menjadi aparat Negara
b. Hak Asasi
1). Mendapatkan persamaan didepan hukum dan
peradilan
2). Kebebasan pribadi :Hak beragama,hak memilih serta hak kesenangan yang
bersifat pribadi.
Jadi disimpulkan bahwa setiap pemimpin ataupun warga Negara berhak untuk
menjaga kemaslahatan negaranya.Dengan memegang dan mencerminkan akhlak- akhlak
yang menjadi jalan menuju keberhasilan serta hiasan sdan pondasi membangun
kebagiaan bernegara
- See more
at:
http://lppkk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-7-macam-macam-akhlak.html#sthash.CvhfjKSk.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar